Kamis, 22 Desember 2011

aku mengagumimu wahai Mamaku...


22 Desember, meskipun hari ini adalah hari Ibu, namun hari ini tak begitu spesial bagiku. Bukannya aku tak ikut memperingati hari ibu, tapi menurutku setiap hari adalah hari ibu. Memang tak ada yang dapat aku berikan sebagai kado hari Ibu kepada beliau, aku hanya bisa menceritakan betapa aku sangat mengagumi beliau. Seorang wanita yang tak lagi muda. Wajahnya yang dulu cantik, kini mulai berubah seiring dengan pertambahan usia. Wanita yang begitu tegar menjadi seorang single parent selama 17 tahun lebih. Mungkin beliau tak pernah membayangkan akan ditinggal pergi suaminya untuk selama-lamanya dan membesarkan ketiga buah hatinya seorang diri. Umurnya masih sangat muda ketika takdir mengharuskan beliau menjadi seorang janda. Semenjak beliau berusia 24 tahun, tanggung jawab sebagai kepala keluarga beralih kepundaknya. Aku bisa membayangkan, betapa sulitnya membesarkan aku, kakak, dan adikku. Namun, beliau tak pernah mengeluh. Beliau berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah karena uang pensiun papa tak cukup untuk memenuhi kebutuhan kami.
Tak hanya mencari nafkah, semenjak 17 tahun yang lalu, beliaulah yang telah mendidik dan membesarkan kami, anak-anaknya. Dulu, aku sempat memberontak dengan cara mama mendidik kami. Sifatnya yang keras dan cenderung otoriter membuat aku sempat berfikir, "kenapa harus papa yang pergi? kenapa bukan mama?". Berbeda dengan mama, papa memang terkenal dengan sifanya yang lemah lembut. Mama sering memarahiku. Mama akan sangat marah ketika aku  lupa melaksanakan sholat. Mama juga akan memarahiku ketika aku tidur lagi setelah shalat shubuh. Tak hanya itu, mama juga tak suka jika beliau pulang, dan rumah dalam keadaan berantakan.
Dibalik sifatnya yang keras, mama sesungguhnya memiliki hati yang sangat lembut. Beliau rela mengorbankan kebahagiaannya demi kebahagiaan kami. Buktinya, beliau rela selama 17 tahun membesarkan anak tanpa didampingi oleh seorang suami. Ya, semenjak papa meninggal, memang tak pernah terbersit dibenaknya untuk kembali menikah. Setiap kali orang bertanya, dengan santai beliau menjawab " Gadangan se lah anak-anak ko lai, indak usahlah mamikian nan ka dek awak!". Maksudnya, beliau rela mengorbankan kebahagiaannya demi membesarkan anak-anaknya, sungguh mulia hatimu, Ma!
Mama memang hebat. Mama memang wanita luar biasa. Aku menyesal sempat berfikir "seandainya tak ada mama!". Ya Allah, maafkan hambamu. Sebuah dosa besar telah aku lakukan. Apa aku pantas disebut anak durhaka? Ya Allah, aku nggak mau menjadi anak durhaka, ampuni kekhilafanku. Aku tak mau engkau mengambil mama dari sisiku. Aku masih sangat membutuhkan beliau. Aku belum sempat membahagiakan beliau. Bahkan, aku masih belum bisa menebus kekecewaan beliau atas kegagalanku. Aku tak bisa membayangkan hidup tanpa beliau. Tak ada lagi yang akan menyiapkan sarapan, tak ada lagi yang akan mengajak aku sholat ke masjid, tak ada lagi wanita yang akan meneteskan air mata untukku dalam setiap doanya. Sungguh aku tak bisa membayangkan semua itu. Ya Allah, berikan beliau kesehatan dan kemudahan dalam mencari nafkah, jauhkan beliau dari segala kesedihan. Aku sangat menyayangi beliau Ya Allah. Aku butuh do'a dan dukungan beliau.  Aku tau, semua itu beliau lakukan semata-mata demi kebahagiaanku. Terima kasih ya allah, engkau telah memberikan seorang malaikat. Aku tak tau entah bagaimana caraku membalas semua pengorbanan beliau, yang aku tau, sampai kapanpun semua itu takkan pernah bisa aku balas. 

Sabtu, 17 Desember 2011

Dirgahayu Kota Biru, Payakumbuh




Hari ini, 17 Desember 2011, kota Payakumbuah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kota Batiah genap berusia 41 tahun. Usia yang cukup muda sebagai salah satu kota di Sumatera Barat. Di kota ini, aku dilahirkan dan hampir seumur hidupku aku habiskan disini. Payakumbuh merupakan salah satu kota yang terletak di hamparan kaki gunung Sago, dilalui oleh 3 buah sungai yang bernama Batang Agam, Batang Lampasi dan Batang Sinama. Wilayah administratif kota ini dikelilingi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota. Kota ini berada dalam jarak sekitar 30 km dari Kota Bukittinggi atau 120 km dari Kota Padang dan 188 km dari Kota Pekanbaru.
Sejarah Singkat Kota Payakumbuh
Kota Payakumbuh terutama pusat kotanya dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda yang dimulai sejak keterlibatan mereka dalam perang Padri, dan kemudian kawasan ini berkembang menjadi depot atau kawasan gudang penyimpanan dari hasil tanam kopi dan terus berkembang menjadi salah satu daerah administrasi distrik pemerintahan kolonial Hindia-Belanda waktu itu. Menurut tambo setempat, dari salah satu kawasan di dalam kota ini terdapat suatu nagari tertua yaitu nagari Aie Tabik.

Jembatan Ratapan Ibu
Bergaya ala patung ibu
Jembatan Ratapan Ibu
Patung ibu yang menunjuk ke arah sungai
Jembatan ini dibangun tahun 1818 dan memiliki panjang 40 meter yang melintas di atas Sungai Batang Agam dengan arsitektur kuno berupa susunan batu merah setengah lingkaran yang direkat dengan kapur dan semen tanpa menggunakan konstruksi dari besi. Di sisi timur jembatan, kini telah dibangun sebuah Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dilengkapi dengan taman, gazebo dan jembatan refleksi. Meskipun berkunjung dimalam hari, anda tak perlu cemas, sebab penerangan di kawasan RTH ini telah memadai. Berikut beberapa foto saya di RTH Jembatan Ratapan Ibu. Mungkin sebagian ada yang belum tau mengapa jembatan tersebut diberi nama Jembatan Ratapan Ibu. Konon pada zaman penjajahan Hindia Belanda, di jembatan ini para pejuang ditembak mati oleh kompeni. Mereka berdiri berjejer dibibir jembatan, kemudian dengan brutal tentara Belanda menembaki mereka. Tubuh yang penuh luka itu jatuh dan dihanyutkan oleh derasnya air sungai. Kaum wanita, terutama ibu-ibu menangisi kematian anak mereka, hingga kini, Jembatan itu dikenal dengan nama Jembatan Ratapan Ibu.
Bersepeda di sisi kanan jembatan

tampak dibelakang saya gazebo di RTH









Kota Payakumbuh in My Opinion
Nagari yang terletak di luak nan bungsu ini memang memiliki kenangan yang sangat berarti bagi saya. Suasana kota yang nyaman dengan udaranya yang sejuk, penduduk yang ramah, serta kuliner yang menggugah selera tak mungkin dilupakan begitu saja. elamat ulang tahun kampuang tacinto, Pikumbuah

Kamis, 01 Desember 2011

december wish

Beberapa hari belakangan, aku sibuk dengan berbagai urusan. Deadline karya tulis kebanyakan dibulan ini, dan aku masih belum menyelesaikan semua target tulisan. Kbayang deh gimana sibuknya. Selain karya tulis, juga ada 2 rencana lamaran beasiswa yang harus aku selesaikan sebelum bulan desember berakhir.
Nah, berhubung karena bulan Desember tlah tiba, maka ada beberapa harapan baru yang insya allah akan aku capai dibulan ini, misalnya:

  1. Menang Lomba Cerpen Ilmiah. Alhamdulillah sebuah cerpen telah aku kirimkan kepada panitia pada tanggal 20 November lalu. Sebenarnya aku tak terlalu berminat untuk ikut lomba, karena lomba tersebut bersifat ilmiah. Aku harus menulis sebuah cerita dengan unsur-unsur kimia sebagai pemerannya. Tapi, Alhamdulillah, cerpen itu kelar juga. Insya allah cerpen itu bakalan di posting disini.
  2. Mendapatkan kesempatan untuk berkuliah di negri seberang. Setelah beberapa kali mengalami kegagalan, tentu saja aku nggak boleh berdiam diri menunggu rejeki itu datang. Akhirnya keberanian itu muncul ketika mendapat dukungan dari my beloved sister, Meidyal Fioleta. Saat ini ada 2 target beasiswa yang aku inginkan, yaitu beasiswa S1 ke Malaysia dan Singapura. I wish I can reach my dream.
  3. Menyelesaikan beberapa tulisan diantaranya Karya tulis sosial, cerpen sosial, dan beberapa tulisan essai.
I Wish, all my dreams come true,