Rabu, 28 September 2011

JUST FOR MY BELOVED TEACHER
Selasa, 28 September  2010 telah berlalu,  kini genap setahun sudah setahun  peristiwa itu terjadi.  Setahun sudah beliau terlelap dalam tidurnya yang panjang. Kami kehilangan sesosok guru yang begitu dekat dengan siswanya. Sosok guru yang perhatian, gurauannya yang begitu khas terhadap murid-muridnya begitu sulit dilupakan begitu saja.  Kami tak pernah menyesali kepergian beliau. Kami begitu ikhlas melepas kepulangan beliau kepada sang pencipta.
Pagi itu,aku baru bangun tidur. Dengan mata yang masih mengantuk, aku mengambil HP dan melihat ada sebuah SMS. Ternyata itu SMS dari Pak Sukardi.
“Ke, Innalillahiwainnailaihi rojiun, Pak Yu maningga tadi malam. Tolong agiah tau kawan2 yoo.”
Begitulah kira-kira bunyi pesan singkat yang aku terima. Aku kaget dan tidak percaya dengan SMS ini. Tapi pengirimnya Pak Sukardi, sangat tidak mungkin sekali beliau akan salah mengirimkan SMS jika ini hanya fiktif.
Tiba-tiba, HP ku kembali berdering. Ternyata SMS dari bapak kepala sekolah. Bunyi sms beliau hampir sama dengan yang dikirimkan Bapak Sukardi. Dadaku sesak, aku tidak percaya. Ini pasti mimpi, ya aku sedang bermimpi. Tapi ini kenyataan. Aku tidak bermimpi. Ini kenyataan. Satu persatu air mataku menetes. Begitu sulit dipercaya, guru yang paling aku sayangi telah pergi, dan aku sama sekali tidak menyangka beliau akan pergi secara mendadak. Sehari sebelumnya, beliau masih dalam keadaan sehat wal afiat. Bahkan beliau masih sempat bergurau dengan kami sebelum upacara bendera dimulai.
HP ku kembali berdering, kali ini ada yang meneleponku.
“Maeq, iyo maningga Pak Yu?” tanya seseorang diseberang sana.
“iyo bg, ko Mike baru dapek sms dari Pak Res jo Pak Sukardi , keceknyo iyo bg!”aku terisak
“ndeehh,,”suaranya diseberang sana  terdengar begitu lemas. “iyolah Maeq, bg pulang kini nyo, ndak picayo bg Pak Yu maningga do, kawan2 bg ngecek gitu, tapi bg ndak picayo do. Makasih yo infonyo” teleponpun berakhir.
Aku bergegas bangun dari tempat tidur dan segera berkemas. Aku tak sabar ingin segera tiba di sekolah. Begitu sampai di gerbang sekolah, aku melihat hampir semua murid menangis. Begitupun dengan guru-guru. Ini artinya aku memang tidak sedang bermimpi. Pak Yu benar-benar telah tiada, dan beliau telah pergi tanpa memberi isyarat terlebih dahulu kepada kami.
Kami berkumpul di lapangan upacara dan berdoa bersama bagi almarhum. Isak tangis pun pecah, kami larut dalam kesedihan. Pagi itu kami benar-benar berduka. Kami telah kehilangan sesosok guru yang sangat kami cintai. Selepas berdoa bersama, kamipun berangkat menuju rumah duka di Lubuak Batingkok. Sekitar hampir seribu siswa dan siswi SMA N 1 Payakumbuh dengan mengendarai sepeda motor berjalan beriringan ke rumah duka untuk melepas kepergian guru tercinta menuju peristirahatan terakhir beliau.
Sesampai di rumah duka, tampak beberapa karangan bunga tanda turut berduka cita. Aku masih belum percaya ketika melihat sesosok tubuh terbujur kaku tak bernyawa, beliau adalah guru yang sangat ku sayangi. Aku tak dapat membendung air mata, dadaku terasa begitu sesak. Terlintas dibenakku kenangan bersama beliau.
Kini setahun telah berlalu,Pak, rasanya begitu sulit dipercaya bapak telah pergi. Kami sangat kehilangan bapak, kami sayang bapak. Tapi kami percaya Allah lebih sayang kepada bapak. Kini, aku hanya bisa berdoa untukmu. Hanya serangkai doa yang dapat kami persembahkan buat bapak sebagai tanda bahwa bapak akan selalu kami kenang meski kini kita telah berbeda tempat. REST  IN PEACE MY BELOVED TEACHER, YOU ALWAYS IN MY HEART..WE LOVE YOU
BAPAK (alm) FAIRUSDI,S.Pd IN MEMORIAM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar