Minggu, 27 November 2011

Ngobrol di Mig33 bareng bg Alit

malam ini, bg @shitlicious mengajak para tuna asmara untuk "bercerita santai" di mig33. Aku sbnernya pengen gabung, tapi sayang gak punya akun mig33. tapi demi gabung di room tuna-asmara-nya bg alit, aku rela bikin akun baru.
akhirnya, di mig33 bg alit balas chat aku. Leggaaaa bgt rasanya pas dibales. ternyata bg alit itu ramah bgt. Padahal awalnya aku mikirnya bg alit itu sombong. Soalnya mention aku gak pernah di bales, tapi ternyata orgnya ramah bgt. Makasih ya bg alit. Makasih buat cerita yg sangat menginspirasi mengenai kisah hidup lo terutama kisah mengenai keadaan lo dari awal dan kisah nyokap loe yang bikin terharu. Sekarang gw tambah semangat buat bikin Mande gw bangga sm gw. best wishes for u bg *terharu

Sabtu, 26 November 2011

Curhat

oke, malam ini lagi mood bgt buat nulis. So, aku bakalan bercerita mengenai beberapa kejadian yg aku alami beberapa waktu yang lalu. Sebenarnya, aku nggak harus ambil pusing lah ya mengenai kejadian ini. Tapi, aku coba ambil sisi positifnya aja. Mungkin maksud beliau ini baik, cuma cara menyampaikannya kurang tepat. Begini kronologisnya... *sori tiba2 jadi kaku gini
Malam itu, aku iseng-iseng buka facebook . Udah lama rasanya nggak aktif di chat room. yaah, akhir-akhir ini aku memang nggak terlalu interest dengan facebook. Kayaknya nggak usah diceritakan lah ya about the reason. Tapi, kejadian ini memang salah satu alasannya.
Waktu itu aku sedang asyik bertukar pikiran dengan salah seorang teman SMA-ku. Tiba-tiba ada sebuah pesan baru yang masuk. Ternyata dari salah seorang teman lama yang aku nggak terlalu kenal. Perkenalan kami cukup singkat. Sebut saja namanya Mawar. Beliau adalah salah satu mahasiswi Fakultas Kedokteran yang cukup favorit.
"Hai Miche! Masih ingat aku nggak?" tanya Mawar. *swear ini nama samaran, jika ada unsur kesamaan nama, itu bukanlah sesuatu yang disengaja.
" Hai Mawar, aku masih ingat kok, kamu yang waktu itu (..............*aku menjelaskan dimana dan kapan kami pertama kali berkenalan)" balasku.
" Iya, syukurlah kamu masih ingat, kamu apa kabar? Kuliah dimana sekarang?" tanya Mawar kepadaku.
" Alhamdulillah kabar baik, aku belum kuliah tahun ini, belum lulus seleksi, hehehe. Kamu gimana? kuliah dimana sekarang?" tanyaku.
" Aku sekarang kuliah di FK U**** (#silahkan artikan Unair, Undip, Uncen dsb) alhamdulillah aku bisa ketrima, padahal aku nggak yakin looh bakalan lulus. Soalnya FK U**** cukup favorit, dan passing grade-nya cukup tinggi!" balas Mawar.
" Wah, selamat ya,  berarti kamu calon dokter nih!"
"Iya nih, seneng bgt deh bisa ketrima,  akhirnya aku dan kakakku bisa juga mewujudkan cita-cita mama sama papa buat jadi dokter, oh iya, kakakku juga baru wisuda looh beberapa minggu yang lalu!" ujar Mawar.
" Oh, gitu ya, selamat ya buat kakak kamu, smoga kamu lancar ya kuliahnya, trus juga cepat wisuda dan nyusul kakakmu!" jawabku.
" Pastinya, aku bakalan berusaha. Kamu juga ya, smoga tahun depan juga bisa kuliah. Oh iya, kalau seandainya kamu gagal lagi tahun depan gimana?" tanya Mawar.
Jleeb. Aku terdiam. Tapi aku sadar, membalas dengan kata-kata kasar jelas bukan solusi yang tepat.
" Nggak ada orang yang  merencanakan kegagalan, jadi aku belum bikin rencana alternatif buat tahun depan. Aku mau fokus sama persiapan SNMPTN 2012 aja dulu, mudah2n Allah meberikan yang terbaik buat aku ditahun depan!" balasku. Jangan ditanya bagaimana perasaan aku ketika menuliskan balasan itu. Air mataku menetes. Tapi, terbersit dibenakku suatu pertanyaan. Apakah ini bisa disebut sebagai salah satu motivator untuk mendapatkan universitas yang aku inginkan? Ya, tentu saja. Beliau adalah salah seorang motivator, hanya saja cara penyampaiannya kurang tepat. Terima kasih untuk chatting malam itu Mawar, kata-katamu tak hanya membakar hatiku, tapi juga menyulut kembali semangatku.

Sebuah Penyamaran

Ok, ini malam minggu atau lebih populer dengan nama satnight. Biasanya pada malam ini orang akan bercerita mengenai dinner atau nge-date bareng pacar. Tapi, malam ini aku akan melakukan sebuah pengakuan dosa. kejadian ini sebenarnya terjadi sekitar 2 minggu yang lalu. Kalau nggak salah, hari Jumat tanggal 11/11/11. Meskipun niatnya baik, tapi aku sadar cara yang aku lakukan nggak bener. Ceritanya begini..
Beberapa minggu yang lalu, Afif nelpon aku buat nemenin dia ke sekolah sekolah yang ada di Payakumbuh dalam rangka acara sosialisasi dan bedah kampus "SITOPLASMA". Sebelum kegiatan tersebut diadakan, maka Afif mewakili mahasiswa kedokteran mengurus surat izin ke sekolah-sekolah. Nah, kebetulan Afif nggak tau lokasi beberapa SMA di Payakumbuh. Jadi, Afif ngajak aku buat nemenin dia. Yaah, aku sih emang lagi nggak ada kegiatan pada hari Jumat, jadi aku terima tawaran Afif.
Pagi Jumat, Afif menjemput aku ke rumah. Kami memulai perjalanan menuju MAN 1 Payakumbuh. Namun, begitu sampai di sekolah tersebut, Afif malah meminta aku untuk menjelaskan maksud kedatangan kami kepada pihak sekolah. Aku sih udah nyangka bakalan kayak gini kejadiannya. Afif memang agak ragu untuk memulai pembicaraan terutama dengan orang yang baru dikenalnya *mungkin beberapa orang teman2 udah tau gimana sifat Afif ini. Akhirnya aku menyamar sebagai mahasiswa FK Unand.(Aku sadar ini bukan tindakan terpuji dan patut dicontoh). 
" Permisi Pak, saya mewakili mahasiswa FK Unand, apakah bisa kami bertemu dengan wakil kepala sekolah?" tanyaku kepada salah seorang guru. Sebenarnya nggak salah lah ya dengan kata-kata aku. "Saya mewakili mahasiswa Unand yang ada di samping saya ini" sebenarnya itu maksud dari kata-kataku. 
Kejadian ini terus berlanjut kebeberapa sekolah lainnya, hingga akhirnya aku terjebak dalam kebohonganku sendiri. Ketika mengunjungi SMAN 3 Payakumbuh, aku tak lagi bisa berpura-pura. Begitu sampai di ruang tamu sekolah tersebut, kami disambut oleh beberapa orang pegawai TU sekolah tersebut. And you know what? Salah satu diantara mereka adalah mantan tetanggaku. Jelas saja aku tak bisa mengatakan "aku mewakili mahasiswa FK Unand". Pasti beliau tahu persis dengan penyamaran aku. Dengan sangat terpaksa -lebaay-akhirnya Afif mulai memberanikan diri untuk membuka suara. Ya, biar gimanapun, Afif memang harus melakukannya. Nggak mungkin kan, ketika kami datang ke SMAN 1 Payakumbuh, dan aku mengatakan bahwa aku mewakili mahasiswa FK Unand. Bisa-bisa guru-guru disana bertanya, "Kamu dibayar berapa untuk menjadi juru bicara?". Hahahahah, nggak ini becanda.
Setelah mengunjungi beberapa sekolah, akhirnya tugas kami kelar juga. Lumayan capek sih, dan perut pun mulai keroncongan. Wajar sih, sebelum berangkat, aku nggak smpat sarapan. Ternyata Afif juga belum sarapan. Perjalanan hari itu ditutup dengan makan bakso di Bakso Ateng (baca: ditraktir Afif). 
NB: Penyamaran ini pure dengan maksud nolongin Afif, gak ada maksud buat mengelabui pihak lain dengan "menumpang nama" sebagai mahasiswa FK Unand. Mohon maaf jika ada pihak yang kurang berkenan dengan tindakan ini.

Senin, 07 November 2011

This Post is Dedicated for My Beloved Father


7 November 1994 pukul 09.45, sesosok raga tak bernyawa terbujur kaku di hadapanku. Tubuhnya ditutupi kain panjang dengan motif batik berwarna coklat dan bagian wajahnya ditutupi selendang berwarna putih. Semua orang yang hadir di ruangan itu tampak menangis terisak seolah mereka tak bisa membendung air mata. Aku tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Aku tak tahu kenapa orang-orang menangis. Dan kenapa banyak orang berdatangan kerumahku. Ya, wajar saja jika aku tak mengerti, karena ketika itu umurku baru 2 tahun.  
Aku baru menyadari bahwa papa ku sudah tiada beberapa tahun kemudian. Sebab, setiap aku menanyakan dimana keberadaan papa, mama selalu menjawab, “Papa lagi di sekolah, mungkin papa lagi banyak tugas, nanti malam papa pasti pulang!”.  Sebagai seorang anak yang masih berumur 6 tahun tentu aku percaya dengan apa yang dikatakan mama. Namun ketika aku mulai duduk dibangku sekolah dasar, aku mulai mengerti bahwa papa telah dipanggil yang mahakuasa.
Semenjak aku mulai menyadari bahwa aku telah menjadi seorang yatim justru disaat aku masih sangat butuh kasih sayang seorang ayah. Aku semakin rindu dengan sosok seorang ayah. Terkadang, aku berkhayal, “ Andai saja kalau aku masih punya papa!”. Ah, sudahlah. Tuhan pasti lebih sayang terhadap papa, dan sekarang papa pasti telah tenang di-Sana. Ya, aku memang tak dapat memungkiri bahwa aku memang ingin mendapat kasih sayang dari seorang ayah. Hampir seumur hidupku aku tak pernah merasakannya. Namun apa hendak dikata, Allah telah menakdirkan hal yang demikian untuk aku.
Kini 17 tahun telah berlalu. Dan hingga kini memang tidak ada sorangpun yang bisa menggantikan posisi pada dihati kami. Mama tetap memilih status sebagai single parent buat kami, dan aku pun tak pernah terfikir untuk memiliki seorang pengganti papa. Aku memang tak pernah bisa melupakan kepergian papa, namun aku telah mengikhlaskan kepergian beliau untuk selama-lamanya. Kini, hanya doa yang dapat aku persembahkan sebagai bukti aku sangat menyayanginya. Ya Allah, semoga saja nanti engkau menyatukan kami  kembali di syurga-Mu.

 

Sabtu, 05 November 2011

Telepon dari SMANSA

sebnarnya hari ini aku ada janji mau ke smansa dengan teman-teman. Tapi pagi ini rasanya terlalu malas untuk melangkahkan kaki keluar rumah. Semenjak shubuh, hujan dengan intensitas sedang mengguyur kota biru. Suhu udara yang menusuk tulang ikut memaksa aku menghentikan langkahku. Mungkin ini bukan saat yang tepat untuk mengunjungi almamaterku.
****
Tiba-tiba Hp-ku berdering. Sebuah panggilan dari nomor tak dikenal. "assalamualaikum!" ucapku.
"Waalaikumsalam, ini dengan Miche Leo Fullgita? Ini dari TU SMA N 1 Payakumbuh, kami mau melakukan pendataan siswa yang diterima di perguruan tinggi tahun ini, Miche kuliah dimana ya sekarang?" tanya seorang Ibu dari seberang sana.
" Maaf Bu, tapi tahun ini saya belum melanjutkan pendidikan, saya belum diterima di perguruan tinggi !" jawabku.
" Oh, tapi Ibu boleh minta data teman2mu? disini masih ada beberapa orang yang belum terdata!" tanya beliau sambil membacakan satu persatu nama teman-temanku.
****
Aku terdiam, bukan ini yang dulu aku impikan. Buka kegagalan ini yang aku inginkan. Dulu aku berharap, aku bisa menjawab pertanyaan ini dengan nama universitas idamanku. Tapi, kini kenyataan berkata lain. Aku harus menjawab semua pertanyaan itu dengan kalimat "aku belum lulus tahun ini"

kutemukan kembali "my mood booster"

Rasanya sudah terlalu lama aku kehilangan semangat hidup. Meskipun aku sempat bersemangat untuk menata kembali hidupku, namun semangat itu tak bertahan lama. Hanya berselang beberapa hari kemudian, semangat itu kembali pudar. Tapi kini, aku telah menemukan kembali semngat hidup yang sempat terkubur. Aku menemukannya kembali, dan aku akan jaga semangat itu agar selalu ada disini, disetiap detak jantungku. 
Ahh,, rasanya terlalu bodoh aku menyia-nyiakan hidupku selama lima bulan belakangan. Tidak ada kegiatan yang berarti yang dapat aku lakukan. Berpura-pura bersemangat, tapi sebenarnya aku telah membohongi diriku sendiri. Setiap hari, aku hanya duduk di depan televisi. Menonton acara yang dulu sangat ku benci. Ya, dulu aku sangat membenci sinetron-sinetron yang ditayangkan di layar kaca. Tapi kini, aku malah tak pernah ketinggalan satu episodepun. Aku mulai membenci tayangan favoritku, aku hampir melupakan TVone dan MetroTV. Aku heran, bahkan orang tuaku pun ikut heran. Perubahan yang amat sangat drastis dalam hidupku.
Dulu, hampir tak ada waktu untuk sinetron. Walaupun ada, itu hanya untuk menonton berita atau acara musik. Dulu, hampir tak ada waktu luang, sepulang dari sekolah sekitar pukul 16.05, aku menghabiskan waktu hingga pukul 9 pm di tempat bimbel. Rumah ibarat tempat penginapan saja bagiku. Tapi kini, hampir 24 jam aku habiskan di rumah dan tentu saja tanpa kegiatan yang bermanfaat. Aku bodoh, ya sangat bodoh. Aku membiarkan waktuku terbuang sia-sia.
tidaaaaakk, aku tak mau lagi begini. Ini bukan hidupku. Aku tak mau lagi kreatifitasku dibelenggu. Aku telah menemukan semangatku kembali. Terimakasih "my mood booster". Semangat ini tidak berasal dari perasaan yang lumrah dialami oleh hawa terhadap adam. My mood booster bukanlah seseorang yang bisa disebut sebagai "boyfriend" atau apapun sinonimnya. Dia adalah calon pemimpin negeri ini dimasa depan. Dia sangat menginspirasi, dan tulisannya mampu membangun mimpiku kembali. Rangkaian kata-katanya mempu menyadarkanku, memang sangat beresiko jika kita berani bermimpi. Kita beresiko bahagia jika mimpi itu dapat kita wujudkan, dan bahkan bisa beresiko kehilangan semua mimpi itu ketika gagal. Tapi, hidup ini terlalu indah untuk disia-siakan dengan menghapus mimpi yang sempat hadir. Bukankah tugas kita hanya berusaha dan berdoa? Lalu kenapa aku menyalahkan takdir ini tanpa menyadari hikmah dibalik semua ini? Maafkan aku, aku keliru,,,