Senin, 07 November 2011

This Post is Dedicated for My Beloved Father


7 November 1994 pukul 09.45, sesosok raga tak bernyawa terbujur kaku di hadapanku. Tubuhnya ditutupi kain panjang dengan motif batik berwarna coklat dan bagian wajahnya ditutupi selendang berwarna putih. Semua orang yang hadir di ruangan itu tampak menangis terisak seolah mereka tak bisa membendung air mata. Aku tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Aku tak tahu kenapa orang-orang menangis. Dan kenapa banyak orang berdatangan kerumahku. Ya, wajar saja jika aku tak mengerti, karena ketika itu umurku baru 2 tahun.  
Aku baru menyadari bahwa papa ku sudah tiada beberapa tahun kemudian. Sebab, setiap aku menanyakan dimana keberadaan papa, mama selalu menjawab, “Papa lagi di sekolah, mungkin papa lagi banyak tugas, nanti malam papa pasti pulang!”.  Sebagai seorang anak yang masih berumur 6 tahun tentu aku percaya dengan apa yang dikatakan mama. Namun ketika aku mulai duduk dibangku sekolah dasar, aku mulai mengerti bahwa papa telah dipanggil yang mahakuasa.
Semenjak aku mulai menyadari bahwa aku telah menjadi seorang yatim justru disaat aku masih sangat butuh kasih sayang seorang ayah. Aku semakin rindu dengan sosok seorang ayah. Terkadang, aku berkhayal, “ Andai saja kalau aku masih punya papa!”. Ah, sudahlah. Tuhan pasti lebih sayang terhadap papa, dan sekarang papa pasti telah tenang di-Sana. Ya, aku memang tak dapat memungkiri bahwa aku memang ingin mendapat kasih sayang dari seorang ayah. Hampir seumur hidupku aku tak pernah merasakannya. Namun apa hendak dikata, Allah telah menakdirkan hal yang demikian untuk aku.
Kini 17 tahun telah berlalu. Dan hingga kini memang tidak ada sorangpun yang bisa menggantikan posisi pada dihati kami. Mama tetap memilih status sebagai single parent buat kami, dan aku pun tak pernah terfikir untuk memiliki seorang pengganti papa. Aku memang tak pernah bisa melupakan kepergian papa, namun aku telah mengikhlaskan kepergian beliau untuk selama-lamanya. Kini, hanya doa yang dapat aku persembahkan sebagai bukti aku sangat menyayanginya. Ya Allah, semoga saja nanti engkau menyatukan kami  kembali di syurga-Mu.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar